SOSOK KI HAJAR DEWANTARA (SOEWARDI SURYANINGRAT)

 


Masa Kecil

            AKU, Ki Hadjar Dewantara. Semasa kecil orang –orang memanggilku dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, AKU lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889 dari seorang laki-laki yang bernama Pangeran Soerjaningrat. Kehidupanku di masa kecil sungguh menyenangkan. AKU hidup dalam kemewahan dan berkecukupan. Tetapi, dalam benakku AKU selalu bertanya, Mengapa orang yang berada di luar lingkungan rumahku berbeda denganku. Hal ini membuatku ingin mengangkat derajat mereka. Ingin menyejahterakan dan membahagiakan semua masyarakat.

Pendidikan

AKU termasuk orang yang beruntung. AKU diperbolehkan belajar di Europeesche Lagere School. Di sekolah ini AKU belajar dengan sangat giat sehingga AKU dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan anak-anak Eropa. Tetapi bukan berarti AKU tak bergaul dengan anak-anak rakyat. Sepulang sekolah, AKU selalu bermain dengan mereka.

Agar AKU dapat mengajar anak rakyat yang terdiskriminasi dalam bidang pendidikan,sSetelah tamat di ELS, AKU memilih untuk melanjutkan sekolah di Kweek School agar jika sudah tamat dapat menjadi seorang guru.

Tahun 1907,  AKU tamat dari Kweek School, AKU memilih Sekolah Kedokteran di Jakarta (STOVIA) karena ingin mengobati orang banyak. Tetapi nasib malang menimpaku. AKU dikeluarkan dari STOVIA karena aku sakit dalam waktu yang cukup lama. Setelah dikeluarkan, AKU lebih banyak menghabiskan waktuku dengan belajar otodidak.

Masa Perjuangan

            Perjuanganku dimulai ketika AKU bekerja sebagai wartawan dan penulis. Hasil goresan tanganku selalu dipenuhi dengan semangat anti colonial. AKU sangat benci dengan colonial.

            Beberapa organisasi social dan politik menjadi wadah perlawanan ku terhadap penjajah. Sejak muda, AKU menjadi bagian dari organisasi Boedi Utomo bahkan organisasi Insulinde. Pada tanggal 25 Desember 1912, AKU bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo berhasil mendirikan Indische Partij yang merupakan partai politik pertama di Hindia Belanda. Organisasi ini kami dirikan sebaga bentuk perlawanan terhadap diskriminasi keturunan Belanda terhadap orang Indonesia. Orang-rang menjuluki kami sebagai “Tiga Serangkai”.

            AKU pernah mengkritik keras Kaum Penjajah lewat tulisanku yang berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda”. Tulisan tersebut membuat Gubernur Jenderal Idenburg marah, dan ingin mengasingkan ku ke Pulau Bangka.  Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo protes!!! Dan akhirnya kami bertiga diasingkan ke Belanda.

Dampak Perjuangan

Pada bulan Desember 1919, AKU akhirnya bisa kembali ke Indonesia dan mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1929. Saat aku berumur 40 tahun, aku mengganti namaku menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. AKU dikenal dalam dunia pendidikan Indonesia. AKU dikenal karena cetusan semboyan dalam bahasa Jawa yang berbunyi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Aku wafat pada 26 April 1959 di Yogyakarta, Kota kelahiranku. Atas jasa-jasaku bagi bangsa ini, setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional dan dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

 

 

 


Comments

Popular Posts