PERADABAN LEMBAH SUNGAI KUNING
Peradaban Lembah Sungai
Kuning adalah
peradaban bangsa Cina yang muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho
atau yang sekarang disebut Huang He). Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai
Kuning karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber dari
Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan
mengalir melalui daerah Pegunungan
Cina Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah
kebudayaan bangsa Cina berawal.
Bidang Pertanian
Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai.[2] Kegiatan pertanian Cina Kuno memang sudah dikenal
sejak zaman Neolitikum (± 5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam
adalah padi. Pada zaman perunggu, prioritas pokok dalam pertanian rakyat Cina adalah
padi, teh, kacang kedelai, dan rami. Kegiatan
pertanian mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM). Pada masa itu, masyarakat Tionghoa telah menerapkan sistem
pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum.
Bidang Filsafat
Kong Hu Cu.
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat Cina berkembang
dengan pesat karena lahirnya tiga ahli filsafat Cina,
yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong Hu Cu), dan Mengzi
Lao
Zi/Lao Tse
Lao Zi menuliskan ajarannya dalam buku berjudul Tao Te Ching.
Dia menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi
yang dinamakan Tao. Ajaran Lao Zi disebut Taoisme dan mengajarkan
manusia untuk menerima nasib.
Kong Fu Zi/Kong Fu
Tse
Ajaran Kong Fu Zi
juga berdasarkan pada Taoisme. Menurut Kong Fu Zi,
Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta ini hingga tercapai keselarasan.
Penganut ajaran Taoisme meyakini bahwa bencana yang terjadi di muka
bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao. Ajaran Kong
Fu Zi yang mencakup bidang pemerintahan dan keluarga telah memberikan pengaruh
yang begitu besar bagi masyarakat Tionghoa karena memengaruhi cara berpikir dan
sikap hidup sebagian besar bangsa Cina.
Menurut Kong Fu Zi,
masyarakat terdiri dari keluarga dan dalam keluarga seorang bapak merupakan
pusatnya. Oleh karena itu raja harus memerintah dengan baik dan bijaksana serta
rakyat harus hormat dan taat pada raja seperti hubungan bapak dan anak yang
seharusnya.
Meng Zi/Meng Tse
Meng Zi yang merupakan murid
Kong Fu Zi mengajarkan pengetahuan kepada rakyat jelata dan menurut
ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara.
Bidang Kebudayaan
Tembok Besar
Cina, salah satu hasil kebudayaan Sungai Kuning.
Masyarakat Tiongkok kuno telah mengenal tulisan sejak
1500 SM yang ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada
awalnya huruf Cina yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu
pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Cina kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya
kertas. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya.
Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan
kuil. Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan
dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah. Keramik Cina merupakan
hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu
komoditi perdagangan saat itu. Hasil kebudayaan Cina yang sangat terkenal
hingga saat ini adalah Tembok Besar Cina yang dibangun pada masa Dinasti Qin untuk menangkal serangan dari musuh di bagian utara
Cina. Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan dinding-dinding pertahanan yang telah
dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan sepanjang 7000 km.
Bidang Kepercayaan
Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Cina
menganut kepercayaan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam.
Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (dewa angin), Lei-Shih
(dewan angin taufan yang digambarkan sebagai naga besar), T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan
Ho-Po. Menurut kepercayaan Tiongkok kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah segi empat yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit. Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang
didiami bangsa Cina yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap
sebagai daerah kosong tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa
(penguasa musim semi).
Bidang Pemerintahan
Dalam kehidupan kenegaraan Tiongkok kuno, ada dua
macam sistem pemerintahan yang dianut yaitu feodal dan unitaris. Dalam
sistem pemerintahan feodal, kaisar
tidak menangani langsung urusan kenegaraan karena kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar
dianggap sebagai utusan atau anak dewa langit sehingga
tidak pantas mengurusi politik
praktis. Sedangkan pada sistem pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam
pemerintahan sehingga kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis.
Sejarah
mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Cina menjadi bangsa besar, di
antaranya adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, dan Dinasti Tang.
Dinasti Shang (Hsia) merupakan dinasti tertua di
Tiongkok walaupun tidak banyak peninggalan tertulis mengenai dinasti ini.
Berdasarkan cerita rakyat Tiongkok kuno, pada masa ini telah berkembang sistem
kepercayaan terhadap Dewa Shang-Ti.
Dinasti Chou adalah dinasti ketiga di Tiongkok dan
pada masa ini diterapkan prinsip feodalisme dengan pembagian kekuasaan pemerintahan. Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi
daerah-daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan.
Pada masa
pemerintahan Dinasti Qin, sistem tersebut berubah karena Raja Cheng yang
bergelar Qin Shi Huang membentuk Cina menjadi negara kesatuan yang hanya
diperintah oleh satu orang pemimpin. Dalam pemerintahan Qin Shi Huang, dunia
pendidikan dan ilmu pengetahuan Cina berkembang. Sayangnya saat dia meninggal
terjadi kekacauan karena perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi
oleh Liu-Pa.
Salah satu dinasti yang terpenting dalam sejarah Tiongkok adalah Dinasti Tang karena Cina berhasil memperluas wilayah kekuasaannya,
mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera, serta
perkembangan kesenian dan kebudayaan Tiongkok kuno.
Bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi
Masyarakat Tiongkok kuno memiliki banyak ahli astronomi (ilmu perbintangan) yang dapat membantu masyarakat
dalam pembuatan sistem
penanggalan. Perkembangan ilmu astronomi merupakan dasar dari berbagai
aktivitas kehidupan bangsa Cina karena sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya memerlukan informasi tentang pergantian dan perputaran musim. Perkembangan
teknologi masyarakat Tiongkok kuno terlihat dari pembuatan barang-barang
perdagangan seperti barang tambang dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat pertanian.
Selamat Membaca! Membaca penting untuk pengetahuan dan perbendaharaan kosa kata. (IPR)
Disadur dari wikipedia.org
Comments
Post a Comment