PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
1. Kekalahan Jepang dan
Kekosongan Kekuasaan
Tidak lama setelah serbuan bala tentara Jepang secara mendadak ke
pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 8
Desember 1941, Amerika Serikat yang seakan-akan lumpuh itu segera bangkit.
Dalam kenyataannya Jepang tidak dapat melumpuhkan Amerika Serikat secara total,
bahkan Amerika bangkit dan menjadi musuh yang paling berat bagi Jepang.
Lebih-lebih setelah lima bulan Perang Asia Timur Raya berkorbar, Amerika
Serikat telah dapat memukul balik Jepang. Dalam perang laut Karang (4 Mei 1942)
dan disusul dengan perang di Guadacanal (6 Nopember 1942), Jepang secara
berturut-turut menderita kekalahan. Kekalahan yang paling besar dialami Jepang
dalam pertempuran laut di dekat Kepulauan Bismarck (1 Maret 1943). Di sinilah
Laksamana Yamamoto, pelaksana dan otak serangan atas Pearl Habour, gugur.
Kekalahan ini setidak-tidaknya telah menggoncangkan moral bala tentara Jepang
di Asia Tenggara.
Untuk mempercepat peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hiroshima. Tiga
hari kemudian, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibat bom atom
itu bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut
dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya, tetapi secara politis telah
mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan
peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi.
Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau
Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15
Agustus 1945. Menurut rencana, dengan mengambil tempat di atas geladak kapal
perang Amerika Serikat "Missouri" yang berlabuh di teluk Tokyo akan
ditandatangani kapitulasi penyerahan Jepang antara Jenderal Douglas Mc Arthur
dengan Hirohito pada tanggal 2 September 1945.
2. Peristiwa
Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas
dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6
Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa
tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang
terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa
Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut
diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk
orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan
lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia
pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum
of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah,
sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan
telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai
kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya
konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan
Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera
dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana,
Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua
menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI.
Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh.
Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda
kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di
Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat
tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan
tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada
bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan
sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00
WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia
melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang.
Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan
kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan
kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa
golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda
mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang
tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno
Hatta ke Rengasdengklok antara lain:
a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal
16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta.
Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf
Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah
Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang.
Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan
pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan
Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara
geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi
dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik
dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh
golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk
mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke
Jakarta.
Akhirnya Ahmad
Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan
tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat
penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu
meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan
harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya
Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta
ke Jakarta.
Sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di
Jakarta dan langsung menuju ke rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol
No. 1 Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana
Maeda cukup penting. Pada saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan
kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan hak dari
setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia.
Setelah rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan
muncul permasalahan, siapa yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno
mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah
proklamasi sebagai” Wakil-wakil Bangsa Indonesi a”.
Usulan Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab sebagian besar yang hadir
adalah anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian
Sukarni menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani teks
proklamasi atas nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni
diterima.
a. Langkah selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik
konsep teks proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh
Soekarno Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi:
kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah
menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari
17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah
proklamasi yang autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa naskah
proklamasi akan dibacakan pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi
karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus
berpatroli, akhirnya diubah di kediam an Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir.
Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai
persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul
09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno.
Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan
pidatonya, yang berbunyi:
Demikianlah teks proklamasi kemerdekaan telah
dibacakan oleh Ir. Soekarno. Susunan acara yang direncanakan dalam pembacaan
teks proklamasi kemerdekaan yaitu:
a.
Pembacaan proklamasi
oleh Ir. Soekarno,
b.
Pengibaran bendera
Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat,
dan
c.
Sambutan
Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah dibacakan teks proklamasi, maka telah lahir
Republik Indonesia. Suatu peristiwa yang bersejarah bagi bangsa Indonesia telah
terjadi. Peristiwa yang sangat lama dinantikan oleh segenap lapisan masyarakat,
tetapi membutuhkan pengorbanan yang tidak ternilai harganya. Untuk mengenang
jasa-jasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta dalam peristiwa proklamasi, maka
keduanya diberi gelar Pahlawan Proklamasi (Proklamator). Selain
itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya menjadi Jalan Proklamasi, dan
dibangun Monumen Proklamasi.
A.
Makna dan Arti Penting
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah
berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh
semangat kebangsaan, dan telah mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak
terhitung jumlahnya, maka peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945 merupakan titik puncak perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan
merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki makna yang sangat mendalam
bagi bangsa Indonesia.
1)
Berikut ini makna dan
arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia
Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat
dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan
bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik
Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan
puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi
alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia,
bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk
menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan
mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi
dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
Dengan proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir
sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun
secara de jure.
B.
Penyebaran Berita
Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai Daerah
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun
1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk
menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan
sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di
sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat
berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat
Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan
segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai
di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia
menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin.
Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi
disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya,
masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui
berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita
proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus
menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai
pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan
tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan
sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh
Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei
disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di
Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di
antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka
mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari
sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi
juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di
Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi
kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara
Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah,
Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada
rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding
tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan ”Respect our
Constitution, August 17!” Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!
Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar
negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan
secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut
ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
1.
Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
2.
Sam Ratulangi dari Sulawesi.
3.
Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4.
A. A. Hamidan dari Kalimantan.
C.
Dukungan Daerah
terhadap Pembentukan Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia
Kemerdekaan yang
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar
biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini dukungan
terhadap pembentukan Negara Republik Indonesia.
1. Di
Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat
akan pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan
dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia.
Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui
kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik
di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui
kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah
(Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta)
menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang
sangat penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan
Yogyakarta yang nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam
pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri
Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam
Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang
cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan
konsep negara kesatuan yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam
negara. Kalau hal tersebut terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba.
Dukungan terhadap negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang
dari rakyat dan pemuda. Berikut ini beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan
rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
a. Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur
Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujungpandang,
gubernur segera membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat
sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu
berhatihati, kemudian para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut
gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda
tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas
kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak
menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut, pasukan Australia yang telah ada
bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda
dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
b. Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI,
Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk
menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari
pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak
untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
c. Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata
terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil
ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak ajakan untuk berunding dengan
pasukan pendudukan Australia.
d.
Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa
dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)
tanggal 19 September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan
tersebut. Pada peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga
dengan mengelilingi rapat umum tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk
menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato
yang intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan
kepada pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah
itu Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
e.
Terjadinya Insiden Bendera di Hotel
Insiden ini
terjadi pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang Belanda
bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan
pasukan Serikat. Orang-orang Belanda tersebut mengibarkan bendera mereka di
puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing kemarahan para pemuda. Hotel
tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman untuk
menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat
dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan
bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan
mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
f.
Di Yogyakarta
Di Yogyakarta
perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak
pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai
Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang
menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September
1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di
daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari
itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
g.
Sumatera Selatan
Dukungan dan
perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945,
ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu
dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai,
para pegawai kembali ke kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan
bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan
Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden,
sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
h.
Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa ini
terjadi di Semarang pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Peristiwa
itu berawal ketika 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk
mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan
dipindahkan ke Semarang. Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia
yang mengawal mereka. Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus
bahwa cadangan air minum di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang
meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh Jepang.
Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima.
Pertempuran berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR
berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat dengan
mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 yang
kemudian menawan dan melucuti senjata tentara Jepang. Untuk mengenang keberanian
para pemuda Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah Tugu Muda
yang terletak di kawasan Simpang Lima, Semarang.
i.
Bandung
Pertempuran
diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik
senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha
tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17
Oktober 1945.
j.
Kalimantan
Di beberapa
kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya
tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum
melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera
Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum
nasionalis tidak menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak
kurang 8.000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah
Putih.
k.
Sulawesi Utara
Usaha
menegakkan kedaulatan di Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA
telah menguasai wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda
Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI)
mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka
membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan,
Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka
juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan
penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas
Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut
dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan
Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil
dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian.
Proklamasi 17 Agustus 1945
dilaksanakan dalam situasi kacau, dapat dikatakan bahwa proklamasi tersebut
dilakukan dengan tergesa-gesa, tanpa melalui pembicaraan panjang. Walaupun kamu
sudah tahu bahwa sebelumnya telah dibentuk BPUPKI dan PPKI yang secara resmi
merancang kemerdekaan Indonesia.
Pada saat proklamasi dibacakan, negara
Indonesia belum sepenuhnya terbentuk. Mengapa demikian? Karena syarat
kelengkapan negara pada saat itu belum semua terpenuhi. Apa saja syarat
berdirinya negara? Selain memiliki wilayah, negara harus memiliki struktur
pemerintahan, diakui negara lain, dan memiliki kelengkapan lain seperti
undang-undang atau peraturan hukum.
Di antara persyaratan tersebut, syarat
utama yang belum terpenuhi adalah struktur pemerintahan dan pengakuan dari
negara lain. Ingat, proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak mengundang secara
resmi berbagai duta besar negara lain, karena memang sebelum proklamasi
pemerintahan yang ada adalah pemerintahan Jepang!
Karena itu, tugas pertama bangsa Indonesia
adalah membentuk pemerintahan dan mencari pengakuan negara-negara lain.
Bagaimana prosesnya? Mari kita lacak melalui kegiatan di bawah ini!
1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden
Kelengkapan-kelengkapan negara harus
segera dipenuhi oleh Indonesia, yang baru saja merdeka. Salah satu hal
terpenting yang harus dipenuhi adalah Undang-Undang Dasar (UUD). Pada tanggal
18 Agustus 1945, PPKI melakukan sidang yang menghasilkan persetujuan dan
pengesahan UUD (Undang-Undang Dasar), yang kemudian dikenal sebagai UUD
1945. Bagaimana proses persidangan
tersebut?
Setelah proklamasi, PPKI melakukan
rapat pertama di Pejambon (sekarang dikenal sebagai gedung Pancasila). Sekitar
pukul 11.30, sidang pleno dibuka di bawah pimpinan Sukarno. Kemudian
dilaksanakan acara pemandangan umum, yang dilanjutkan dengan pembahasan bab
demi bab dan pasal demi pasal.
Sidang dilanjutkan dengan pemilihan
presiden dan wakil presiden. Sebagai dasar hukum pemilihan presiden dan wakil
presiden tersebut, harus disahkan dulu pasal 3 dari Aturan Peralihan. Ini
menandai untuk pertama kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI.
Kertas suara dibagikan, tetapi atas
usul Otto Iskandardinata, maka secara aklamasi terpilih Ir. Sukarno sebagai
Presiden RI, dan Drs. Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden Rl. Sesudah itu, pasal-pasal yang tersisa yang berkaitan
dengan Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan disetujui. Setelah menjadi
presiden, Sukarno kemudian menunjuk sembilan orang anggota PPKI sebagai Panitia
Kecil dipimpin oleh Otto Iskandardinata. Tim ini bertugas merumuskan pembagian
wilayah negara Indonesia.
2.
Pembentukan
Departemen dan Pemerintahan Daerah
Sidang PPKI dilanjutkan kembali pada
tanggal 19 Agustus 1945. Acarayang pertama adalah membahas hasil kerja Panitia
Kecil yang dipimpin olehOtto Iskandardinata. Sebelum acara dimulai, Presiden
Sukarno ternyatatelah menunjuk Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo dan
KasmanSingodimejo sebagai Panitia Kecil yang ditugasi merumuskan
bentukdepartemen bagi pemerintahan RI, tetapi bukan personalianya
(pejabatnya).Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja Panitia Kecil yang
dipimpinnya.Hasil keputusannya tentang pembagian wilayah NKRI menjadi
delapanprovinsi, yaitu sebagai berikut.
a. Jawa
Tengah
b. Jawa
Timur
c. Borneo
(Kalimantan)
d. Sulawesi
e. Maluku
f. Sunda
Kecil
g. Sumatra
Di samping delapan wilayah tersebut,
masih ditambah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta. Setelah itu, sidang
dilanjutkan mendengarkanlaporan Ahmad Subarjo, mengenai pembagian departemen
atau kementerian.
Adapun hasil yang disepakati, NKRI
terbagi atas 12 departemen sebagaiberikut.
a. Kementerian
Dalam Negeri
b. Kementerian
Luar Negeri
c. Kementerian
Kehakiman
d. Kementerian
Keuangan
e. Kementerian
Kemakmuran
f. Kementerian
Kesehatan
g. Kementerian
Pengajaran
h. Kementerian
Sosial
i. Kementerian
Pertahanan
j. Kementerian
Penerangan
k. Kementerian
Perhubungan
l. Kementerian Pekerjaan Umum
Di samping itu juga ada Kementerian
Negara.
3.
Pembentukan
Badan-Badan Negara
Pada malam hari tanggal 19 Agustus
1945, di Jln. Gambir Selatan (sekarang Merdeka Selatan) No. 10, Presiden
Sukarno, Wakil Presiden Hatta, Mr.Sartono, Suwirjo, Otto Iskandardinata,
Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran,Mr. A.G. Pringgodigdo, Sutardjo
Kartohadikusumo, dan dr. Tajuluddin,berkumpul untuk membahas siapa saja yang
akan diangkat sebagai anggotaKomite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Selanjutnya disepakati bahwa rapatKNIP direncanakan tanggal 29 Agustus 1945.
PPKI kembali mengadakan sidang pada
tanggal 22 Agustus 1945. Dalamsidang ini, diputuskan mengenai pembentukan
Komite Nasional SeluruhIndonesia dengan pusatnya di Jakarta. Komite Nasional
dibentuk sebagaipenjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasar kedaulatan rakyat.KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) diresmikan dan anggota-anggotanyadilantik
pada tanggal 29 Agustus 1945. Pelantikan ini dilangsungkan digedung Kesenian
Pasar Baru, Jakarta. Sebagai ketua KNIP adalah Mr. KasmanSingodimejo, dengan
beberapa wakilnya, yakni Sutarjo Kartohadikusumo,Mr. Latuharhary, dan Adam
Malik.
4. Pembentukan Kabinet
Presiden
segera membentuk kabinet yang dipimpin oleh Presiden Sukarnosendiri. Dalam
kabinet ini para menteri bertanggung jawab kepada Presidenatau Kabinet
Presidensiil. Kabinet RI yang pertama dibentuk oleh Presiden Sukarno pada
tanggal 2 September 1945 terdiri atas para menteri sebagai berikut.
a. Menteri
Dalam Negeri R.A.A. Wiranata Kusumah
b. Menteri
Luar Negeri Mr. Ahmad Subarjo
c. Menteri
Keuangan Mr. A.A. Maramis
d. Menteri
Kehakiman Prof. Mr. Supomo
e. Menteri
Kemakmuran Ir. Surakhmad Cokroadisuryo
f. Menteri
Keamanan Rakyat Supriyadi
g. Menteri
Kesehatan Dr. Buntaran Martoatmojo
h. Menteri
Pengajaran Ki Hajar Dewantara
i. Menteri
Penerangan Mr. Amir Syarifuddin
j. Menteri
Sosial Mr. Iwa Kusumasumantri
k. Menteri
Pekerjaan Umum Abikusno Cokrosuyoso
l. Menteri
Perhubungan Abikusno Cokrosuyoso
m. Menteri Negara Wahid Hasyim
n. Menteri
Negara Dr. M. Amir
o. Menteri
Negara Mr. R.M. Sartono
p. Menteri Negara R. Otto Iskandardinata
5. Pembentukan Berbagai Partai Politik
Sidang
PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 juga memutuskan adanyapembentukan partai
politik nasional yang kemudian terbentuk PNI (PartaiNasional Indonesia). Partai
ini diharapkan sebagai wadah persatuan pembinaanpolitik bagi rakyat Indonesia.
BPKNIP mengusulkan perlu dibentuknya partaipartaipolitik, yang kemudian
ditindaklanjuti oleh Wakil Presiden denganmaklumat pada tanggal 3 Nopember
1945. Setelah dikeluarkan maklumatitu, berdirilah partai-partai politik di
NKRI.
Beberapa
partai politik yang kemudian terbentuk misalnya :
a. Masyumi,
berdiri tanggal 7 November 1945, dipimpin oleh dr SukimanWiryosanjoyo
b. PKI
(Partai Komunis Indonesia) berdiri 7 November 1945 dipimpin olehMr. Moh. Yusuf.
Oleh tokoh-tokoh komunis, sebenarnya pada tanggal2 Oktober 1945 PKI telah
didirikan.
c. PBI
(Partai Buruh Indonesia), berdiri tanggal 8 November 1945 dipimpinoleh Nyono
d. Partai
Rakyat Jelata, berdiri tanggal 8 Nopember 1945 dipimpin olehSutan Dewanis
e. Parkindo
(Partai Kristen Indonesia), berdiri tanggal 10 November 1945dipimpin oleh Dr
Prabowinoto
f. PSI
(Partai Sosialis Indonesia), berdiri tanggal 10 November 1945dipimpin Amir
Syarifuddin
g. PRS
(Partai Rakyat Sosialis), berdiri tanggal 10 November 1945 dipimpinoleh Sutan
Syahrir
h. PKRI
Partai Katholik Republik Indonesia), berdiri tanggal 8 Desember1945
i. Persatuan
Rakyat Marhaen Indonesia, berdiri tanggal 17 Desember1945 dipimpin oleh JB Assa
j. PNI
(Partai Nasional Indonesia), berdiri tanggal 29 Januari 1946. PNImerupakan
penggabungan dari Partai Rakyat Indonesia (PRI), GerakanRepublik Indonesia, dan
Serikat Rakyat Indonesia, yang masing-masingsudah berdiri dalam bulan November
dan Desember 1945.
6. Komite van Aksi dan Lahirnya Badan-badan
Perjuangan
Sukarni
dan Adam Malik membentuk Komite van Aksi yang dimaksudkansebagai gerakan yang
bertugas dalam pelucutan senjata terhadap serdaduJepang dan merebut
kantor-kantor yang masih diduduki Jepang. MunculnyaKomite van Aksi kemudian
disusul dengan lahirnya berbagai badan perjuanganlainnya di bawah Komite van
Aksi seperti API (Angkatan Pemuda Indonesia),BARA (Barisan Rakyat Indonesia)
dan BBI (Barisan Buruh Indonesia).
Di
berbagai daerah kemudian juga berkembang badan-badan perjuangan.Di Surabaya
muncul BBI pada tanggal 21 Agustus 1945. Kemudian padatanggal 25 Agustus 1945,
dibentuk Angkatan Muda oleh Sumarsono danRuslan Wijayasastra. Kedua tokoh ini
kemudian membentuk PRI (PemudaRepublik Indonesia) bersama Bung Tomo pada tanggal
23 September.Demikian halnya yang terjadi di Yogyakarta, Surakarta, dan
Semarang,di sana juga muncul berbagai badan perjuangan. Misalnya, AngkatanMuda
dan Pemuda di Semarang, Angkatan Muda di Surakarta, AngkatanMuda Pegawai
Kesultanan atau dikenal Pekik (Pemuda Kita Kesultanan) diYogyakarta. Di
Bandung berdiri Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia yangkemudian lebih dikenal
dengan PRI (Pemuda Republik Indonesia).Selain itu, juga muncul Barisan Banteng,
Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia).BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat
Indonesia), dan juga muncul Hizbullah-Sabilillah. Bahkan orang-orang luar Jawa
yang berada di Jawa membentukbadan perjuangan seperti KRIS (Kebaktian Rakyat
Indonesia Sulawesi) danPIM (Pemuda Indonesia Maluku). Kemudian, muncul pula
badan-badanperjuangan yang lebih bersifat khusus, misalnya TP (Tentara
Pelajar), TGP(Tentara Genie Pelajar), dan TRIP (Tentara Republik Indonesia
Pelajar).
Selanjutnya
berkembang pula kelaskaran.Badan-badan perjuangan juga berkembang di luar Jawa,
antara lain sebagaiberikut.
a. Di Aceh terdapat API (Angkatan Pemuda
Indonesia) yang dipimpinoleh Syamaun Gaharu dan BPI (Barisan Pemuda Indonesia)
kemudianmenjadi PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang dipimpin oleh A.Hasyim.
b.
Di Sumatra Utara terdapat Pemuda Republik
Andalas.
c. Di Sumatra Barat terdapat Pemuda Andalas
dan Pemuda RepublikIndonesia Andalas Barat.
d. Di
Lampung terdapat API (Angkatan Pemuda Indonesia) yang dipimpinoleh Pangeran
Emir Mohammad Noor.
e. Di Bengkulu terdapat PRI (Pemuda Republik
Indonesia) dipimpin olehNawawi Manaf.
f. Di
Kalimantan Barat terdapat PPRI (Pemuda Penyongsong RepublikIndonesia).
Tokoh-tokohnya, antara lain Musani Rani dan Jayadi Saman.
g. Di
Kalimantan Selatan terdapat PRI (Persatuan Rakyat Indonesia) yangdipimpin oleh
Rusbandi.
h. Di Bali terdapat AMI (Angkatan Muda
Indonesia) dan PRI (PernudaRepublik Indonesia).
i. Di
Sulawesi Selatan terdapat PPNI (Pusat Pemuda Nasional Indonesia)yang dipimpin
oleh Manai Sophian, AMRI (Angkatan Muda RepublikIndonesia), Pemuda Merah Putih,
dan Penunjang Republik Indonesia.
Dengan munculnya badan-badan
perjuangan tersebut, maka dapatdikatakan bahwa di seluruh tanah air telah siap
menggelorakan revolusiuntuk membersihkan kekuatan Jepang dari Indonesia.
7. Lahirnya Tentara Nasional Indonesia
Sebagai
negara yang wilayahnya luas, tentara mutlak diperlukan sebagaibenteng
pertahanan. Sebutan TNI (Tentara Nasional Indonesia), lebih popular dengan
sebutan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Bagaimanasejarah
lahirnya Tentara Nasional Indonesia? Terbentuknya TNI berpangkaldari maklumat
pembentukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Kesatuan TKRkemudian berkembang
menjadi TNI.
a) Badan Keamanan Rakyat
Beberapa
minggu setelah proklamasi kemerdekaan, Presiden Sukarno masih bersikap
hati-hati. Hal ini berkaitan dengan sikap Jepang yang tidaksenang kalau terjadi
perubahan status quo (dari negara jajahan menjadinegara merdeka),
apalagi sampai memiliki tentara. Sejak Jepang menyerahkepada Sekutu, Jepang
harus menjaga Indonesia agar jangan sampai terjadiperubahan sampai Sekutu tiba
di Indonesia. Oleh karena takut kepada pemerintah Sekutu, maka Jepang bersikap
keras kepada Indonesia. Sikapkeras dan ketidaksenangan Jepang terhadap
Indonesia, misalnya melucutipersenjataan dan sekaligus membubarkan Peta pada
tanggal 18 Agustus1945. Jepang khawatir Peta akan menjelma menjadi tentara
Indonesia. Olehkarena itu, Presiden Sukarno bersikap lebih hati-hati, agar
Republik Indonesiatetap dapat berlangsung.Sikap Sukarno yang demikian itu tidak
disenangi oleh para pemuda yanglebih bersifat revolusioner. Oleh karena itu,
para pemuda memeloporipembentukan badan-badan perjuangan.Sampai akhir bulan
Agustus 1945, sikap hati-hati Sukarno masih tetapdipertahankan. Hal ini
terbukti pada waktu diadakan sidang PPKI tanggal22 Agustus 1945. Untuk
menghadapi situasi dalam sidang itu diputuskan,untuk pembentukan BKR (Badan
Keamanan Rakyat). BKR merupakan bagiandari BPKKP (Badan Penolong Keluarga
Korban Perang). Tujuan dibentuknyaBKR untuk memelihara keselamatan masyarakat
dan keamanan di berbagaiwilayah. Oleh karena itu, BKR juga dibentuk di berbagai
daerah, namunharus diingat bahwa BKR bukan tentara. Jadi, sampai akhir bulan
Agustus 1945, Indonesia belum memiliki tentara.
b) Tentara Keamanan Rakyat
Sampai
akhir bulan September 1945, ternyata Indonesia belum memilikikesatuan dan
organisasi ketentaraan secara resmi dan profesional. PresidenSukarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta belum membentuk kesatuan tentara. Hal ini tampaknya sangat
terpengaruh oleh sikap serta strategi politik yang cenderung pada usaha
diplomasi. BKR hanya diprogram untuk menjagakeselamatan dan keamanan masyarakat
di daerah masing-masing. BKR kemudian menghimpun bekas-bekas anggota Peta,
Heiho, Seinendan, danlain-lain. BKR bukan merupakan kekuatan bersenjata yang
bersifat nasional.Para pemuda belum puas dengan keberadaan BKR. Oleh karena
itu, badan badan perjuangan terus mengadakan perlawanan terhadap kekuatan
Jepang.Angkatan Perang Inggris yang tergabung dalam SEAC (South East Asian Command)
mendarat di Jakarta pada tanggal 16 September 1945. Pasukanini dipimpin
Laksamana Muda Lord Louis Mountbatten yang mendesak pihak Jepang untuk
mempertahankan status quo di Indonesia. Indonesiamasih dipandang sebagai
daerah jajahan seperti pada masa-masa sebelum17 Agustus 1945. Dengan demikian
maka Jepang semakin keras dan beraniuntuk tetap mempertahankan diri dan melawan
gerakan para pemuda yangsedang melakukan usaha perlucutan senjata dan perebutan
kekuasaan.
Pada
tanggal 29 September 1945, mendarat lagi tentara Inggris yangdipimpin oleh
Letnan Jenderal Sir Philip Christison, panglima dari AFNEI(Allied Forces
Netherlands East Indies). Kedatangan tentara AFNEI ternyatadiboncengi oleh
tentara Belanda yang disebut NICA (Netherlands India CivilAdministration).
Hal ini menimbulkan kemarahan bagi bangsa Indonesia.Akhirnya, timbul berbagai
insiden dan perlawanan terhadap kekuatan asing,terutama terhadap Belanda.
Dengan
demikian ancaman dari kekuatan asing semakin besar. Para pemimpinnegara
menyadari bahwa sulit mempertahankan negara dan kemerdekaantanpa suatu tentara
atau angkatan perang. Sehubungan dengan itu, makapemerintah memanggil bekas
mayor KNIL, Urip Sumoharjo dan ditugasiuntuk membentuk tentara kebangsaan. Urip
Sumoharjo sejak zaman Belandasudah memiliki pengalaman di bidang kemiliteran.
la termasuk lulusan pertama dari Sekolah Perwira di Meester Cornelis yang
didirikan Belanda.
Kemudian,
dikeluarkanlah Maklumat Pemerintah pada tanggal 5 Oktober1945 tentang
pembentukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat).Urip Sumoharjo diangkat sebagai Kepala
Staf TKR. Sehari kemudianpemerintah mengeluarkan maklumat yang isinya
mengangkat Supriyadi(bekas komandan Peta) sebagai Menteri Keamanan Rakyat.
Selanjutnya, padatanggal 9 Oktober 1945, KNIP mengeluarkan perintah mobilisasi
bagi bekasbekastentara, Peta, KNIL, Heiho dan laskar-laskar yang ada untuk
bergabungmenjadi satu ke dalam TKR. Sementara itu, kesatuan aksi atau
badan-badan perjuangan para pemuda yang bersifatsetengah militer atau setengah
organisasipolitik (laskar-laskar) masih tetap diizinkanberoperasi apabila tidak
ingin bergabung kedalam TKR.
Personalia
pimpinan TKR temyata belummantap. Hal ini terutama disebabkan olehtidak
munculnya tokoh Supriyadi. Supriyadihilang secara misterius sejak
berakhirnyapemberontakan Peta di Blitar pada Februari1945. Oleh karena itu,
pada tanggal 20 Oktober1945 diumumkan kembali pengangkatanpejabat-pejabat
pimpinan di lingkungan TKR.
Susunan
pimpinan TKR yang baru sebagaiberikut.
·
Menteri Keamanan
Rakyat ad interim: Muhamad Suryoadikusumo
• Pimpinan
Tertinggi TKR: Supriyadi
• Kepala
Staf Umum TKR: Urip Sumoharjo
Ternyata, Supriyadi tidak kunjung
datang. Olehkarena itu, secara operasional kepemimpinan yang aktif dalam TKR
adalah Urip Sumoharjo.Ia memilih Markas Besar TKR di Yogyakartadan membagi TKR
dalam 16 divisi. SeluruhJawa dan Madura dibagi dalam 10 divisi danSumatra
dibagi menjadi 6 divisi.Mengingat Supriyadi tidak pernah muncul,maka atas
prakarsa Markas Tertinggi TKR,pada tanggal 12 November 1945, diadakanpemilihan
pemimpin tertinggi TKR yang baru.Dalam, rapat pemilihan itu dihadiri oleh para
Komandan Divisi, Sri SultanHamengkubuwana IX, dan Sri Mangkunegoro X. Rapat
dipimpin oleh UripSumoharjo. Dalam rapat itu disepakati untuk mengangkat
Kolonel Sudirman,Panglima Divisi V Banyumas sebagai Panglima Besar TKR dan
sebagai KepalaStaf,disepakati mengangkat Urip Sumoharjo. Namun pengangkatan
danpelantikan Kolonel Sudirman baru dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 3.
Dalam Kementerian Pertahanan:
a. Dibentuk
Direktorat Jenderal bagian militer, yang dipimpin olehMayor Jenderal Sudibyo,
dan
b. Dibentuk
biro khusus yang menangani badan-badan perjuangandan kelaskaran.
Situasi negara semakin genting.
Aksi-aksi pihak tentara Belanda semakinmengancam kehidupan dan kelangsungan
Republik Indonesia. Untukmenghadapi situasi yang semakin membahayakan ini, maka
diperlukankekuatan tentara yang kompak dan bersatu padu. Sementara
dalamkenyataannya, Indonesia masih menghadapi masalah-masalah yangberkaitan
dengan kekuatan bersenjata kita. Di samping tentara resmi TRI,ALRI, dan AURI,
masih ada laskar-laskar. Pada umumnya kesatuan kelaskaranlebih condong kepada
induk partainya yang seideologi dan belum tentusearah dengan perjuangan para
tentara yang tergabung dalam TRI. Jelas iniakan memperlemah perjuangan bangsa
dalam menghadapi aksi-aksi kaumBelanda.
Sehubungan dengan kenyataan itu maka
pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden mengeluarkan dekrit yang berisi tentang
pembentukan panitia yang disebutPanitia Pembentukan Organisasi Tentara
Nasional. Panitia itu dipimpin sendirioleh Presiden Sukarno.Setelah panitia itu
bekerja, akhirnya keluar Penetapan Presiden tentangpembentukan organisasi TNI
(Tentara Nasional Indonesia). Mulai tanggal 3 Juni 1947, secara resmi telah
diakui berdirinya TNI sebagai penyempurnaandari TRI. Segenap anggota angkatan
perang yang tergabung dalam TRI dananggota kelaskaran dimasukkan ke dalam TNI.
Dalam organisasi ini telahdimiliki TNI Angkatan Darat (TNI AD), TNI Angkatan
Laut (TNI AL), danTNI Angkatan Udara (TNI AU). Semua itu terkenal dengan
sebutan ABRI(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).Saat ini Angkatan
Bersenjata RepublikIndonesia kembali bernama Tentara Nasional Indonesia.
Comments
Post a Comment