SULTAN HASANUDDIN
Sumber Gambar : Wikipedia
Masa Kecil
Aku dijuluki Ayam jantan dari Timur
sebagai simbol keberanianku melawan penjajah. Aku lahir di Gowa pada 12
Januari 1631 dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape atau lebih dikenal sebagai Sultan Hasanuddin. Sedari Aku remaja,
ayahku, Sultan Malikussaid telah mengajarkan berdiplomasi, strategi peperangan
dan ilmu pengetahuan. Beliau seringkali
mengajakku menghadiri perundingan-perundingan penting. Selain itu, Aku dibimbing oleh mangkubumi kerajaan Gowa, Karaeng Pattingaloang tokoh
yang paling berpengaruh dan cerdas yang sekaligus guru dari Arung Palakka yang
merupakan Raja dari Kerajaan Bone.
Pendidikan
Aku mengenyam pendidikan di
Pusat Pendidikan dan Pengajaran Islam di Mesjid Bontoala. Aku ditempa untuk
menjadi pemuda yang beragama, rendah
hati, jujur dan memiliki semangat perjuangan. Selain itu, Aku memperluas
pergaulan tidak hanya dalam lingkungan bangsawan istana dan rakyatnya, tetapi juga
kepada orang asing yang pada saat itu banyak
berkunjung ke Makassar untuk berdagang.
Masa Perjuangan
Aku dinobatkan sebagai Raja Gowa ke-16 dengan gelar Sultan
Hasanuddin saat berusia 22 tahun. Bagi VOC, kepemimpinanku tidak membawa dampak
baik bagi upaya monopoli mereka di Indonesia bagian Timur sama halnya pada saat
ayahku bertahta. VOC berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan
kecil, tetapi tidak bagi Kerajaan Gowa. Perlawanan
terus berlangsung, kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga Kerajaan Gowa
terdesak dan semakin lemah sehingga diadakan perjanjian Bongaya. Perjanjian itu
dianggap merugikan Kerajaan Gowa dan perlawanan kembali terjadi. Pada akhirnya Kerajaan Gowa takluk oleh VOC
yang mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Benteng terkuat Gowa, yaitu Benteng Sombaopu mampu diterobos pada 12
Juni 1669.
Dampak Perjuangan
Aku harus
menandatangani perjanjian Bungaya pada 18 November 1667 yang sangat merugikan
Makassar karena VOC berhasil melakukan monopoli perdagangan di Makassar.
Melalui peristiwa tersebut, masyarakat
memiliki pandangan yang berbeda bahkan hingga saat ini masih dipegang, bahwa
Sultan Hasanuddin adalah pahlawan dan Aru Palaka sebagai pengkhianat dalam
pandangan orang Makassar. Begitupun sebaliknya, Sultan Hasanuddin adalah
pengkhianat dan Aru Palaka adalah pahlawan dalam pandangan orang Bone.
Comments
Post a Comment