CIRI-CIRI PEMERINTAHAN ORDE BARU
Adapun ciri-ciri pemerintahan Orde baru dalam materi Sejarah kelas 12 adalah sebagai berikut:
Dwifungsi
ABRI
Banyak prajurit
militer dari berbagai pangkat, jabatan, dan angkatan ikut bekerja dalam
pemerintahan, seperti menjabat posisi lurah atau kepala desa. Hal ini dianggap
sebagai tanda menguatnya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam rezim Orde
Baru.
Terbatasnya
Pilihan Politik
Pemilu tahun 1977
hanya diikuti oleh tiga partai politik yakni PDI, PPP, dan Golongan Karya.
Penyederhanaan ini dilakukan untuk membatasi banyaknya ideologi yang
berkembang. Pembagian tersebut diharapkan dapat menciptakan kestabilan politik.
Sayangnya, menyederhanakan pilihan politik justru menguatkan Golongan Karya.
Kejadian ini dapat dimungkinkan karena Soeharto membuat kebijakan yang
mendukung kemenangan Golongan Karya, seperti peraturan monoloyalitas PNS.
Pembangunan
yang Masif
Pemerintahan Orde Baru
mempunyai tekad untuk menempatkan pembangunan infrastruktur fisik dan nonfisik
sebagai prioritas. Hal ini sebagai respon atas kekacauan ekonomi yang terjadi
pasca 1965. Selain itu, pemerintah juga membuka penanaman modal asing dan dalam
negeri untuk masuk serta membuka usaha di Indonesia.
Melalui modal
tersebut, pembangunan dapat berlangsung lancar dan perekonomian kembali normal.
Meski demikian, kebijakan penanaman modal ini disebut hanya menguntungkan
keluarga cendana karena sebagian besar bisnis di Indonesia saat itu dikelola
oleh anggota keluarga Soeharto.
Pemerintahan
Sentralistik
Sistem pemerintahan
sentralistik menguatkan kekuasaan pusat terhadap daerah. Hal ini disebabkan
ketergantungan yang tinggi dari pemerintah daerah atau keputusan pemerintah
pusat. Pada masa Orde Baru, kebijakan pemerintahan sentralistik ini berupa
kebijakan ekonomi dan pembangunan, sekaligus penerapan kebijakan politik.
Perkembangan
Ekonomi dan Politik Masa Orde Baru
Ekonomi Indonesia pada
sejarah Orde Baru membaik dalam waktu singkat. Hal ini terjadi karena bantuan
aliran modal yang dibuka lebar melalui konsorsium IGGI. Rezim Orde Baru dapat
membuat kestabilan ekonomi bahkan sebelum tahun 1970. Pembangunan ekonomi
nasional Orde Baru dilakukan melalui Repelita. Program Repelita ini didasarkan
atas pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.
Sementara pada
perkembangan politik, masa Orde Baru selama 32 tahun memiliki proses politik
sangat dinamis. Pemerintah berhasil menyelenggarakan 6 kali pemilu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1998. Namun, semua proses demokrasi tersebut
dimenangkan oleh Golongan Karya dan Presiden Soeharto untuk menjabat kembali.
Hal ini dinilai sebagai cara pemerintah mempertahankan kekuasaannya.
Bisa dibilang, pada
materi Sejarah kelas 12 ditekankan bahwa kekuasaan pemerintah Orde Baru
sangatlah besar sehingga tidak ada kekuatan lain yang bisa mengimbanginya. Hal
ini tentu kurang baik bagi sistem demokrasi Indonesia saat itu, Pahamifren.
Runtuhnya
Orde Baru
Berakhirnya masa Orde
Baru di Indonesia ditandai dengan adanya krisis ekonomi yang melanda sejak
tahun 1997. Krisis tersebut membuat nilai tukar rupiah jatuh. Badai krisis
moneter berlarut-larut akhirnya memancing kelompok kritis di masyarakat.
Kelompok kritis menilai permasalahan ekonomi ini bertumpu pada kesalahan urus
pemerintah Orde Baru. Situasi yang awalnya hanya berupa krisis ekonomi
berkembang menjadi krisis kepercayaan.
Kepercayaan terhadap
pemerintah menurun sehingga memicu kerusuhan, demonstrasi besar, bahkan
penjarahan terutama di Jakarta. Kemarahan masyarakat, terutama di kalangan
mahasiswa semakin menjadi setelah Soeharto dicalonkan kembali sebagai Presiden
Republik Indonesia pada pemilu ke-6. Para mahasiswa akhirnya menuntut adanya
reformasi pada tahun 1998. Reformasi ini memiliki beberapa tuntutan penting,
seperti:
·
Penghapusan Dwifungsi
ABRI.
·
Penurunan maupun
pengadilan terhadap Soeharto dan kroni-kroninya.
·
Penghapusan praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
·
Penegakan supremasi
hukum.
·
Amandemen UUD 1945.
·
Pelaksanaan otonomi
daerah seluas-luasnya.
Melihat tuntutan
reformasi semakin besar, Presiden Soeharto akhirnya menyampaikan pengunduran
diri pada tanggal 21 Mei 1998. Berakhirnya masa jabatan Soeharto inilah yang
menjadi tanda runtuhnya Orde Baru dan berganti menjadi era Reformasi.
Comments
Post a Comment